Saturday, August 25, 2007

(200807 Makassar) back to starting point

Sampai di Makassar tepatnya di rumah mbak Monik magrib sekitar jam 6, karena itu hari Senin tentunya Mbak Monik & teamnya masih bekerja… (finalized sampai jam 7 !), waduh si mbak … loaded juga pekerjaannya.

Kita langsung naek ke lantai atas, sengaja ransel ditaruh di bawah supaya nggak capek bulak balik, mbak Monik langsung tanya mau minum apa … MP langsung minta teh hangat, Mbak Monik pun langsung teriak “Esi….Esi….” selebihnya hanya terdengar grumming nggak jelas….. nggak lama Esi muncul di kamar mbak Monik… tempat kita nongkrong, gadis berkulit hitam dengan rambut bergelombang itu tersenyum … ditangan kanannya ada ranselku dan di tangan kirinya ada tas plastik-nya MP…hehehe…..akhirnya kuterima sambil nyengir dan bilang terima kasih… kebayang nich mesti turun lantai bawa barang yang banyak….

Akhirnya aku meng-unpack dan me-repack barang yang ada supaya pas turun nanti barang bawaan jadi lebih ringkes…Esi…si murah senyum itu kembali muncul di pintu kamar dan membawakan kita…… 2 gelas kosong, 1 gelas berisi es batu, dan…. 1…iced pepsi…hehehe…. Alamat ada yang bakal teriak Esi…Esi….lagi nich ! guwe dan MP nyengir and say thanks, once she left kita berdua tertawa tergelak-gelak.

Kita sengaja nggak mandi, pikirnya mau mandi di Hotel aja, so setelah mbak Monik menunaikan tugasnya terus mandi, kita pergi dinner ke RM Sulawesi di Jalan Sulawesi, Rumah makan ini mengkhususkan diri menjual ayam goreng dan bakar, sate juga ada sich… gw dan Mbak Monik makan ayam bakar sementara MP makan ayam goreng, ayamnya kampung dengan ukuran kecil, mbak Monik emang udah nyuruh kita pesen 2, rasanya enak, paling nggak sukses mereset rasa ayam di Pare pare sebelumnya. tambahan makannya kangkung polos, plus melakukan tester otak-otak…rasanya lumayan (paling lumayan malah dibandingkan dengan yang nantinya bakal aku cobain)….sambelnya juga top…nasinya juga pulen seperti nasi Jepang, kayaknya dikasih swallow brand. Pendek kata, makan malam kita sukses…

Berhubung ada undangan dari Bank Sulsel, sang tuan rumah seksi sibuk penyelenggara pelatihan….maka dari situ kita heading ke Hotel Gapura Indah ke pesisir pantai ech teluk Losari yang jalannya tegak lurus dengan jalan Losari …hotelnya keren bok! Di-dekor dengan suanana yang romantic… Di dalamnya ada (suite) cottage-cottage yang berdiri di atas laut kayak perkampungan nelayan cuman ber-AC ;-p jarak antar cottage yang terbuat dari kayu itu cukup rapat dan penghubung antara cottage cottage itu adalah jembatan layaknya dermaga dengan beberapa penghijau disana sini…ach keren lah pokoknya… asyik juga nich kalo staying here… oya tempat makannya ada yang bentuknya perahu beneran seperti kapal yang ditambatkan di pelabuhan…cuman tempat itu lagi di-book sama orang Sabah Malaysia, reunion sekolah apa…gitu …lho kok jauh reuni-nya… tempat yang di-book Bank Sulsel adalah satu spot lain berbentuk dermaga yang ditata dengan lampu-lampu yang romantic juga…. Nggak berlama-lama disitu karena malu, yang dateng wangi dan seger…sementara kita ni’ belum mandi….hehehehe…

Dari tempat itu, Mbak Monik ngajakin kita ke food court sebelah Hotel Golden Makassar makan ice cream gelato, kenyang sebenarnya perut ini…tapi nggak mungkin awak menolak kebaikan hati Mbak Monik, so… ku cicip juga ice cream rasa lychee berwarna hijau yang di-mix dengan mocca ice cream… rupanya food court ini wi-fi spot… ada 2 orang kuperhatikan membuka lap top di tempat ini…asyik juga tempatnya…. Karena food courtnya ada di atas laut dan terbuka, pemandangan Losari di waktu malam dengan kerlap-kerlip lampu nun jauh di Tanjung Bunga sana…. jadi salah satu yang ‘dijual’ disini. Abis cicip-cicip ice cream, kita ke dalam hotel untuk ngelihat cottage yang ditawarkan hotel ini… cottage-nya terbuat dari tembok…jadi nggak peer to peer sama Hotel Gapura…. Bedanya jauh.

Dari situ, kita menuju hotel setelah sebelumnya menuju Tanjung Bunga. Proyek ambisius I say, reklamasi agar Tanjung ini bisa punya akses ke Losari kayaknya makan biaya yang nggak sedikit…. Tahun 2003 ketika datang pertama kali ke Makassar, reklamasi belum sebesar ini…. Tempatnya pun belum tersentuh Mall seperti sekarang ini (kalo nggak salah namanya Mall Ratu) .

Puas berkeliling di Tanjung Bunga, kita menuju Clarion Hotel…. Ini hotel baru berdesain modern minimalis, purely hotel bisnis, so di-furnish dengan entertainment places like bar, clubs, and Karaoke.

good things ruang ballroomnya spacious dan secara khusus menyediakan disini ada akses internet dan ada kios City Check-in,

so so things makanan-nya menurut guwe biasa (salah nich emang… sebelum kesini khan kita berdua kemarin workshop dulu di Ritz Carlton….so ya nggak ada apa-apanya).

bad things lokasi yang jauh dari Losari, bikin kita susah bergerak ke mana-mana.

Worse things front office service-nya poor banget, orangnya pada jutek, nggak sensible, nggak appreciate dan nggak helpful. Kalo nggak terpaksa banget, males guwe to stay lagi in this hotel (its standard room charged at Rp900rb with special price at Rp450rb).


(200807 - Monday: Pare-pare) kota Jasa dan Pendidikan

Sebangun dari tidur dan selesai mandi, kita langsung breakfast di tengah ruangan hotel. Makanannya enak untuk hotel sekelas itu, lagian ini hotel khan ada hubungannya dengan hotel Delima Sari yang lumayan gede (tergede malah) di kota ini.

Tanpa bermaksud merepotkan tuan rumah, diam-diam setelah makan pagi, gw dan MP menyusuri jalan A Makaseng terus ke arah Jl. Hasanuddin, maksud hati sich mencari salon (untuk creambath sekalian massage) atau toko souvenir. Jam belum menunjukkan angka 9, kebanyakan toko masih tutup sekalinya buka ya…lagi bersiap-siap untuk buka….

Sempet mampir ke Toko Surya lagi untuk nanyain Jalangkote alias Jalkot, rupanya baru bisa ada jam 11 siang, well, bener mbak Lanny bilang…disini semua berjalan lambat…

Kita menuju ke salon rujukan mbak Lanny yang letaknya di jalan yang sama sebelah Dynasty resto, yang ini lebih para, even pintu trally-nya aja belum dibuka…. Akhirnya kita nanya becak dan langsung menyewa 2 (karena ternyata becak di pare-pare itu hemat tempat, so kalo gue duduk berdua MP dalam satu becak, niscaya salah satu dari kita akan duduk ½ aja.

Kita menuju Jl.Batu Meseng untuk ke salon rujukan Hotel yaitu Bibah…. Disana sang tempat masih di-pel, tadinya mau coba untuk bertahan, nggak kuat juga, sang becak udah kita suruh pergi dan dibayar 10rb dari kontrak 8rb malah nunggu juga, kita sebenarnya udah diberi tahu kalau di jalan itu ada toko souvenir, tapi sang becakwan dengan bangga mengatakan bahwa toko souvenir ada di central, dimana itu central? Rutenya balik lagi lewat hotel kita terus maju lagi ke arah timur….dan berhentilah kita di pasar tradisional sodara-sodara…. Hahaha… ya sudahlah masuk juga untuk basa-basi walopun kita tahu nggak ada apa-apa disitu as souvenir…. Jadinya malah beli shampoo sachet untuk keramas …yah ibarat kata tiada jadi ke salon, keramas sendiri pun jadilah.

Baru aja turun dan berjalan beberapa langkah.. bos gede tiba-tiba nelpon, seperti biasa dia lupa kalo gue lagi “on duty” ke Makassar en my direct bos juga khan ternyata lagi on duty juga to Bali ….huah ! aku juga baru sadar…bubar dech tuch kantor…untung masih ada colleagues ku yang baek-baek, mana disitu nggak ada warnet, satu-satunya fasilitas internet adanya di hotel mana gitu… malas ach... sempet panic juga nge-call in orang-orang…uihhh…

Adrenalin-ku naek lagi.. tepatnya sich jadi heran manakala setelah turun di hotel, sang tukang becak menjitak dengan angka tambahan 20rb… lho khok… tau gitu gue udah “mecat” dia sejak di salon tadi…

Turun di hotel, kita nyebrang ke toko sandang yang letaknya ada di depan hotel…alamak harganya….mahal amat… ternyata sutra singkang itu start from 250rb-an ya… ach nggak dech, itu namanya ngabisin budget oleh-oleh atuch.

Balik ke hotel, aku dan MP take a rest.. tidur sambil nonton HBO, cink ! channel-nya ternyata lebih lumayan dibandingkan dengan Toraja. Mbak Lanny kemudian call ngajakin ketemu di kantornya untuk nanti pergi lunch bareng.

Guwe dan MP jalan kaki ke kantornya yang beda 4-5 bangunan ke sisi kanan hotel, disitu ada mungkin ½ jam kita chit chat, nggak taunya her sister call and asked her favor doing things for her mum… she promises to only take 10 minutes to do so, tapi berhubung kita nich lapar berat, langsung dech kita balik ke hotel dan lanjut ke Toko Surya untuk makan Jalkot, Kroket, Lumpia, Nasi Campur, Ayam bakar/goreng, udang Goreng Tepung.. tidak lupa es Jeruk… (tester biasaaaaa)….

Disitu kita baru found out kalo makanan Pare pare mararanis…. Berbeda dengan malam sebelumnya yang dipenuhi seafood lezat, maka semua makanan di toko ini enak cuman Nasi Campur dan Ayam bakar/gorengnya nggak cocok di lidah…. Rasanya manis gitu… Nasi Campur itu isinya: Nasi, Abon, kentang iris (gula caramel), dendeng paru manis, daging bumbu merah nggak pedes tapi manis (dimasak seperti masakan timur tengah bumbu merah tapi rasanya nggak berempah cuman manis), dan ayam bakarnya disiram bumbu barbecue yang (lagi-lagi) manis…. Akhirnya kita langsung beres-beres dan menuju hotel setelah sebelumnya membungkus 10 pcs Jalkot untuk bekal sekaligus oleh-oleh di perjalanan menuju Makassar jam 2 siang nanti.

Untuk perjalanan menuju Makassar, memang udah dipesenin travel sama Mbak Lanny, jadi kita kemudian nongkrong di kantor beliau setelah selesai packing dan check out dari hotel untuk nunggu di-pick up. Sementara nunggu kita (lagi-lagi) di-treat es kacang merah ala Manado tapi pake alpukat dan kelapa, lumayan menyegarkan…..

Jam 2 lebih travel-nya datang, mobil kijang Inova ongkos-nya 40rb per kepala, penumpang waktu itu ada bertiga dengan bawaan tambahan berupa surat-surat titipan…. Karena seperti biasa sang supir picking up every single thing… so kita baru bener-bener cabut jam 3… perjalanan menuju Makassar adalah perjalanan yang worth to see…. Rute-nya tidak lagi berkelok-kelok tapi lurus…. Di sisi kiri kita ada jajaran sawah (masuk Maros dan Barru berubah jadi jajaran pabrik) dengan gunung batu berumput yang indah banget…dramatis gitu.. di sisi kanan jajaran tepi pantai mungkin tepatnya teluk atau laut berair tenang yang bersih, biru, cerah tanpa polusi….seperti menyusuri pantai utara Jawa berpuluh tahun lalu kali yaaaa….. jarak ke Makassar adalah 150 km-an jadi kalau driver bisa bawa mobilnya 80 km/jam maka jarak tempuh bisa 2 jam-an. Supir guwe ini termasuk yang ngebut… dia bisa melarikan mobilnya lebih dari 80 km/jam, seandainya saja jalan tol Makassar (ring road) sudah selesai mungkin bisa menempuh 1,5 jam, tapi karena mobil-mobil besar memenuhi jalan yang baru ½ jadi itu, maka tak ayal lagi macet…cet….cet…..sampe rumahnya mbak Monik sekitar jam 6 pas Magrib…

What Worse, kebiasaan merokok lagi-lagi jadi kesebelan guwe dan MP, di tengah jalan panjang, sang driver batuk terus dia buru2 buka jendela, terus dia langsung ngerokok….nggak permisi dulu lagi…please dech Pak…. Guwe pengen juga tuch diberlakukan trauma treatment buat para smoker untuk merokok dengan cara memasukkan kepalanya dalam plastic bag…jadi biar puas tuch asap dihisap, dikeluarkan dan dihisap lagi sendiri…hemat khan? Bukan ngelarang ngerokok ya….please do…tapi jangan jadikan kita yang bukan smoker ikut2an ngehisap juga…. Please dech kamse upay banget sich…

What Fun, I love beaches…. So Pare pare is one of the cities that has a unique, clean and fresh scenery….so next time I’ll take my family here….besides, the accommodation and the food is very cheap….too

another amazing views on the way to Makassar



previous related blog
next related blog

(190807 - Sunday: Toraja/Pare-pare) dari gunung batu ke kota pelabuhan


semalam hujan membasahi tempat kita menginap, tidur nyenyak banget, kamar kita yang baru mirip rumah adat tongkonan dan ada di bagian atas, view-nya tenang karena nun jauh ada gunung berselimut kabut) tapi yang nyebelin, pas mau tidur di bawah bangunan ada yang ngerokok, bikin ruangan terpolusi....(no comment for that lah...ruining my day aja)...

pagi ini kita dijadwalkan harus udah di pool jam 9. ada cerita menarik waktu kita mau milih pake bis apa... sebenarnya udah ngehindar pake bis Bintang Prima, tapi bis yang laen either jamnya nggak cucok atau malah jam yang diingini penuh. ... akhirnya sampe-lah ke pool ini, biaya tetep sama 65rb mau sampe Makassar kek atau Pare-pare kek

ternyata
bis kali ini berangkat tepat waktu pas jam 9, udah gitu bis-nya baru hehehe...akhirnya... di dalamnya ada flat TV yang sepanjang perjalanan memutar lagu-lagu hip punya Melly…lumayan…menjelang turun tuch lagu sempet nggak asyik yang diputer lagu-lagu om guwe… Panbers… terus …. Endang S Taurina dan adeknya Ratih Purwasih…

perjalanan dihiasi gunung berbatu yang telah ditumbuhi dan berjarak rapat satu sama lain… jalanan berkelok-kelok take 5 hours to Pare-pare… memasuki daerah Enrekang, arsitektur rumah berganti… dari rumah tongkonan yang sepintas mirip rumah Minang…. Jadi rumah kayu berpanggung dengan dekorasi di ujung atap ada silangan kayu yang dilebihkan.

Jam 11 kita sampe di warung yang juga kita singgahi waktu kita pergi dari Makassar… kita lunch disitu, menunya ayam goreng dan satu mangkuk sup, maksudnya mungkin soto karena isinya irisan kentang goreng tipis dan soun. Yang jelas Rasa ayamnya much better dibanding Toraja. View warung ini fantastic, pengelolanya nggak pasang jendela tapi lubang panoramic sehingga udara segar bebas mengalir masuk dan kita bisa lihat dengan jelas pandangan menyegarkan dari sebagian “gunung Nona”.

Perjalanan berkelok rupanya dengan sukses telah menyebabkan penumpang yang duduk di kursi kiri kita mengeluarkan isi perutnya dengan sukses. Karena takut terintimidasi, ku keluarkan mp3 player dan kusumbat telinga ku.

Kelokan mulai berhenti ketika memasuki Pare-pare. Kita diturunkan di spot depan Hotel Pare Indah (dulunya terbesar di Pare Pare). Dari situ kita naek Ojeg dan turun di Kantor Notaris Lanny, SH di depan Hotel Delima Sari.

Mbak Lanny ini dulunya supervisor MP dan adek kelas di notariat dulu. Pare-pare emang tempat dia tinggal, so nggak ada kesan canggung harus tinggal di sana padahal sebelumnya dia khan di Jakarta. Somehow dia juga ngaku sich kalo ritme kerja di tempat ini melambat. Untuk beberapa kantor pemerintahan even only work for 2 days on a week… imagine that ! the good-looking notary ini ternyata udah nyewain 1 hotel room buat kita, karena Delima Sari udah penuh, maka kita stay di Permata Sari yang ada di sisi kiri kantornya terpisah 3-4 bangunan. Sore itu kita diajak keliling Pare-pare, dan kota ini emang kota pelabuhan terbersih yang pernah guwe lihat… fresh air…fresh water…fresh sea… pantesan mbak Lanny betah…penampilan kotanya selayaknya kota kabupaten di Jawa Barat, macam Sukabumi atau Tasik… tapi lebih bersih. Mbak Lanny beliin kita Jalankote, semacam pastel di Jakarta, penuh dan enak ngeganjal perut Cuma stocknya tinggal 4 karena udah kesorean.

Malam hari, kita diajak makan di RM Sedap… Mbak Lanny makan Bandeng Bakar, ini guwe baru denger nich … cuman karena males sama durinya kita makan Baronang Bakar, terus kangkung as usual…dan es Jeruk….(es Jeruknya uenakk), sambelnya Uokee… ada sambel mangga-nya lagi….tadinya mau duduk di Ruang AC…tapi karena ternyata di Ruang AC boleh ngerokok (lho !) padahal ada tanda nggak boleh… praktis kita keluar ruangan dan praktis malam itu kita ada oleh-oleh selain perut kekenyangan juga rambut dan baju yang bau asap ikan…

Oya sebelum makan tapi setelah pesan ikan di RM Sedap, kita sempet ke Cakar, lihat-lihat barang…tapi kayaknya salah tempat ya…soalnya barangnya nggak gitu bagus…second gitu…

satu yang tertinggal di pesisir Pare-pare





Monday, August 20, 2007

(180707 saturday: Toraja) where the spirit and lifes are living in the same roof

Sekitar 7 jam perjalanan sampelah kita di Toraja jam 5 pagi. Kita turun di jl.Rantepao (ibu kota kabupaten Toraja adalah Makale, kalau dari Makassar maka kita akan melalui kota Makale terlebih dahulu baru Rantepao, kalau tujuan kita mau jalan-jalan menyeluruh di Toraja, sebaiknya stay di sini)

Karena bis nggak bisa masuk ke hotel, kita turun dekat pasar kebetulan ada sitor (mungkin singkatan dari taxi motor, semacam beca dengan pintu transparan didepannya yang uniknya bukan didorong dengan sepeda tapi motor) langsung menuju Toraja Heritage Hotel (dulunya Novotel) pake manggil satpam lagi ... buat buka portal .... Ke front desk maksudnya mau titip barang aja di concierge, ech nggak taunya mereka dengan baik hati pinjemin 1 kamar standar sampe kamar yang kita mau-i dikosongi orang.

Selese mandi dan mengeluarkan seluruh bau yang ada di badan (terutama bau knalpot - thanks to bis STW tadi...), kita makan pagi yang biasaaa banget dengan harga 151rb berdua....aduh bok...asli biasa banget...tawar gitu rasanya... Jauh berbanding terbalik dengan service dari front desk-nya... kita nyesel juga kenapa ambil buffet kenapa nggak ala carte nasi goreng atau mie goreng gitu...

Jam 9 pagi kita udah dijemput Pak Paulus, supir kantor cabang Rantepao, thanks to ibu Rita for that .... hehehe azas pemanfaatan nich....

Beliau ini orang Flores yang punya isteri orang Toraja asli, so sedikit banyak dia tau tentang Toraja seperti kebiasaan adat untuk menaruh mayat tidak di tanah melainkan gua batu atau dalam batu alam yang dipahat, sampai bekal pesta penguburan cukup (jumlah tertentu untuk kaum tertentu) orang Toraja akan menyimpan sang mayat di dalam atap rumah sampai 2-3 tahun baru kemudian dipindahkan.... dari situ guwe ngelihat yang hidup dan mati are really living in the same roof for real ! tapi memang menurut majalah Tamasya, khusus untuk pemeluk Islam dan Nasrani, biasanya dikuburkan di tanah terlebih dahulu baru dipindahkan.

Oya, mayat itu nggak bau karena disuntik formalin....kalau dulu konon pake ramuan-ramuan.

Selama setengah hari lebih sedikit kita keliling-keliling object wisata sbb:

kete kesu

ini desa adat yang dilindungi oleh UN, didalamnya ada jejeran tongkonan atau rumah adat dan jejeran lumbung padi... di dekat situ ada beberapa kuburan bangsawan dan tau-tau yang sangat menyerupai orang ada juga namanya pe'tani... yaitu yang dikubur tidak lagi di gua, tapi satu bangunan yang diisi beberapa peti mayat bangsawan.




Londa
ini adalah gua yang didalamnya digeletakkan peti-peti mayat, untuk masuk, mesti sewa petromax, buat yang agak penakut kayak guwe boleh disewa sekalian yang megang petromax hehehe... guide maksudnya... waktu kita masuk ada mayat yang 'baru' diletakkan 2 bulan lalu. petinya masih fresh, udah gitu dipakein renda, mirip film-film horror.

(MP foto bersama dengan "barang baru")


Baby grave

yang ini adalah pohon tinggi (kambira kalo nggak salah) yang "dihuni" oleh mayat-mayat bayi yang belum bergigi...kebiasaan ini telah puluhan tahun ditinggalkan, sehingga keberadaan mayat-mayat bayi-nya pun sudah melebur dengan pohon itu sendiri.








Bantumongga
ini daratan tinggi yang dari sana kita bisa lihat kota Rantepao, worth to vissit, karena selain bisa lihat (lagi-lagi) kuburan dalam batu alam. tapi view-nya menarik. sayangnya ketika kita mau lihat situs purbakala kuno, tidak dimungkinkan karena jalanan-nya rusak.





sebelum ke Bantumongga, sempet makan dulu di tempat yang ada babi-nya (*sigh*), abis itu shalat minta ampun ...hehehe... di mesjid besar yang masih half build tapi kayaknya bakal megah tuh, interior-nya juga menarik. kita juga cari tiket Bis untuk balik ke Pare-pare (lho kok bukan Makassar? - see next journal), yang harganya disamain dengan ongkos ke Makassar (paling lama 2,5 jam perjalanan dari Pare-pare).

Remarks on Food:
Waktu dibilangin cari makanan halal di Toraja susah, terus terang guwe nggak begitu peduli, pasti ada lah guwe pikir ... well in fact cari makanan enak di Toraja, memang masih susah ternyata, terutama makanan yang halal... sorry but this is the truth... even makanan halal pun nggak enak rasanya.... dalam soal ini, Bali masih jauh di depan ... so, kalo goverment Toraja serius untuk menjadikan tempat Wisata ini dilirik selain Bali...then soal makan penting tuch diperhatikan...
ada satu juice yang patut dicoba, guwe bahkan lebih doyan juice ini daripada markisa, harganya juga lebih mahal ternyata... Juice terong Belanda... yummy bok ! exotic dech rasanya.

Remarks on Places:"Pesaing" kita as tourist disana adalah para bulewan...minat para lokalwan rupanya selalu terpentok dengan destinasi yang kuburan thok... so mereka pikir untuk apa jauh-jauh ke sana kalo cuma mau lihat kuburan toh ("baca dengan logat Makassar")... ada benernya sich, cuman mungkin perlu tuh kayaknya dijual juga pesona alamnya yang indah banget... memang pas guwe kesana musim panen sudah selesai jadi ladang sawah telah berwarna kuning, tapi kalo lagi menghijau pasti asyik banget tuch... dasarnya guwe nggak gitu suka sama pegunungan, mungkin karena dulu kelamaan tinggal di gunung ;-p yang jelas, Aa yang memang freak sama gunung pas lihat pict-pict di sana... malah kesenengan... kalo guwe khan seneng gunung kalo ada airnya alias danaunya.... atau lautnya... (Bukit tinggi tuch yang kayak gini)

Remarks on Oleh-oleh:Kalau mau beli oleh-oleh dari Toraja, beli aja di Rantepao, jangan coba-coba beli di Makassar (kecuali Kacang merk Ayam), nanti nyesel... soalnya beda harga-nya lumayan banget, terutama untuk kain tenun (yang bahan biasa ukuran seprai single dijual 60rb di Makassar 100-120 rb)
harga ukir-ukiran juga bisa beda sampai 20% harganya...

Oh ya... don't try to find me in one of the above pictures.... I don't have enough gut to be potographed among the ex-lifes...

(170807 friday: Makassar/Toraja) perjalanan ke Indonesia Tengah nyaris Timur

Penerbangan garuda hari itu delay. Yang mestinya kita pergi jam 1245 jadinya malah jam 1400, sampe makassar pukul 1540 wib atau 1645 wita.

Kunjungan kita 'disambut' litigation wilayah, langsung dianter ke pool Bis bintang prima utk bayar dan ambil ticket di pool.

Abis itu didrop di jl.Andalas tempat temennya MP jadi Notary. (once I found out that MP was taking Notary class as we'll somehow vissiting her Notary classmates, in makassar mbak monika meilany and in pare-pare mbak Lanny)

Di rumah beliau yang tengah kota itu (as we have to bring our heavy luggage to the upstairs - 3rd floor bok - olah raga neh). Abis bongkar koper, nyiapin bekal secukupnya, dan mandi, kita menuju Dinar Restaurant ..utk dinner...pesenan kita:
- ikan kakap merah goreng
- bakar ikan Kaneke
- udang goreng tepung
- otak-otak
- nyoba es jeruk, tapi rasanya biasa aja

overall cukup enak dan murah....lumayan ngeganjal perut kita yang akan berjalan panjang to Toraja malam ini....

Mbak Monik kemudian men-drop kita di pool Bintang Prima...
sayangnya iming-iming orang legal wilayah ternyata agak meleset...emang bener sich banyak bis Bintang Prima yang baru...ech kok ndilalah kita dapet yang lama, so kita dapet oleh-oleh baju yang bau knalpot bis tua...cuciaaannn... udah gitu ini bis udah kayak travel, picking up anybody (memang udah order duluan sich) cuman karena malem, orang agak lama untuk dipick up, so Picking up time berakhir at 2200 malem, dari yang semula dijadwalkan 2100.

Jam 2 dini hari kita sampe di desa Batumula Enrekang untuk yang mau pergi ke 'belakang'. Kemudian jam 4 kita sampai lagi di tempat lain yang agak lama... later I found out kalo itu tempat adalah lokasi Gunung Nona.

Untuk persiapan pergi ke Makassar, Aa & gw sengaja beli fren. Nggak taunya masuk pare-pare No network coverage sampe Toraja. Untung-nya matrix tetep nyala....jadi nggak lost-lost banget.....

17-23 agt 2007: Trip to makassar, pare-pare, dan Toraja

Once mbak Shierly (temen makan) informs me that BI offers an interesting training with a really cheap but highly values, costed only 1 mio for staying 4d 3n in a brand new hotel called Clarion. So my office has only to add the transportation.

I picked Makassar than Padang. I've been both there.But Makassar interests me more for its seafood and scenery. And I incidentally think to visit Toraja, a uniquely specific interest destination.

My iseng ideas disambut Mbak Pauline (MP), my office legal counsel. We offer this to other 5 boys, as they don't want to go there for one or many reason. Tapi berhubung qta keen, so..jadilah kita memutuskan pergi kesana berdua aja...2 cewek jagoan...GIRL POWER ! Kalo bertiga jadilah POWER PUFF GIRL

Tuesday, August 7, 2007

Mengapa Memilih


Karena aku seorang WNI yang tinggal di Ibu kota, dan meskipun nggak begitu bangga dengan kondisi Jakarta terlebih Indonesia saat ini, tapi aku cukup optimis dengan yang namanya perubahan.
(siap-siap pergi ke TKP.... ech TPS)


dan dengan memilih... aku punya hak untuk complain kalau nantinya Jakarta makin amburadul .... atau boleh cuek aja...toh sudah aku tunaikan kewajiban sebagai Jakarta's civilian...

(tempat TPS)

nggak berniat untuk judging those who don't take vote moreover proud of it dan mengenyampingkan permainan politik serta uang yang dihabiskan percuma untuk kampanye kemaren .... aku cukup bangga kok untuk memamerkan jari kiri-ku yang bertinta dan ikut dalam pesta pemilihan daerah Jakarta for the first time....