Thursday, June 28, 2007

Senayan City mati lampu

hari ini Jakarta hujan terus menerus, sekalinya berhenti siang-siang tapi mendung-nya masih.
pas lunch break, tadinya sich mo ditraktir temen, cuman karena salah satu pesera off, nggak jadi, tumben juga nggak puasa, ech digodain boss gede untuk lihat Zara sale (first preview untuk Citibank holder), padahal guwe nggak pernah nafsu sama yang namanya Zara (beli juga sich akhirnya buat para jagoan dan litle gift untuk ponakan).
akhirnya pergi juga ke Senayan City. selesai transaksi di Zara, blup lampu mati, bok! becanda nich... guwe pikir ada terorist atau apa gitu... akhirnya, guwe buru2 keluar nyusulin gang makan yang udah nongkrong dengan manis di Urban Kitchen. nekat naek lift karena terpikir nggak bakalan mati lampu. masuk UK masih aman, pas duduk terus basa basi bentar ech blup lampunya mati lagi.... sempet sih pesen makan dan minum tapi karena tuch lampu nggak juga nyala.. praktis sebagaian makanan yang guwe dan mbak Shierly makan is free... nggak nendang... cuman free....yang ada perut guwe menderita kelaparan ... untung Bread Talk buka .... beli dech beberapa roti untuk dibawa....
yang guwe bingungin cuman satu, dept store semewah itu, kok bisa mati lampu begitu lama... hanya di Indonesia yang bisa begini.....

Saturday, June 16, 2007

BSMR Score

Jumat, 15 Juni 2007 sekitar jam 11 malem, iseng SMS: BSMR Nilai No_id ...pop.... ada jawabannya Nilai anda: 72. pagi tadi dicobain lagi jawabannya masih sama berarti bukan salah system ya.... habis janjinya khan baru ada hari sabtu ini.

alhamdulillah.... hehehe lulus juga nich level 1-nya meskipun score nya ngepas (sesuai dengan ramalan Nyokap).... tapi not bad lah.... paling nggak gue ngerti soal dalam Bahasa Inggeris ... hehehee...

dan bet gue untuk at least nyamain scorenya boss guwe tercapai ya hahahaa....

Wednesday, June 6, 2007

DTK, Kapan sinetron Indonesia lain mengikuti?






Movie Review
Kesan film atau film TV berseri yang mahal tertata baik dan rapi, sekaligus enak untuk ditonton, ini dia ! nonton series yang satu ini bikin kecanduan dan bertanya-tanya apa dan bagaimana kelanjutannya. Bagi yang udah pernah nonton series Cinta garapan Maruli Ara, maka nggak bakal kecewa untuk yang ini... 100% guaranteed!

Waktu penayangan perdana di TV, gak sempet nonton, selalu aja keliwat, soo ketika ada penawaran untuk beli DVD dengan harga yang –menurut guwe - cukup miring karena dengan 110rb itu dapet signed profile book dan kaus extra, langsung pesen dikirim dan ditonton.

Two thumbs up banget pokoknya, garapan seserius CSI, Greys Anatomy tapi seringan friends.... kapan ya movie series kita yang laen seperti itu? Guwe berharap banget ada kelanjutannya.

ALUR CERITA
Dunia Tanpa Koma atau DTK mostly menggambarkan kehidupan wartawan majalah mingguan TARGET dan surat kabar harian KINI, diwarnai intrik persaingan antara 2 media tersebut dan kehidupan karir serta pribadi para pencari berita dengan latar belakang kasus yang berbeda pula, dari mulai Narkoba, pembunuhan sampai rapist.

Sentral cerita ada di Raya Maryadi (Dian Satro) yang jadi reporter baru majalah Target anak mantan wartawan senior, Bayu (Tora Sudiro) Kepala Biro Jakarta majalah Target dan Brahmantyo (Fauzi Baadila) Kepala Divisi berita kriminal harian Kini. Raya yang terjebak antara 2 kisah, dengan Bayu yang memendam perasaannya dan dengan Brahm yang playboy.

KEUNGGULAN
DTK jadi tontonan yang asyik karena ibarat panggung yang mengadu akting dari para aktor terkenal, tapi juga alur cerita yang gampang dicerna dengan bumbu-bumbu asmara yang romantis, bagi yang pernah punya ”teman” playboy, pasti langsung ”trenyuh” ketika meliihat sosok Brahm dari mulai cara ngerayu sampai dengan cara dia berkilah.

MUST SEE?
Banget...banget...banget...



Mengejar Mas-Mas, termanipulasi kebesaran Rudy Sudjarwo






Movie Review

Thanks to Dina, Dwi Kuncoro dan Poppy Sovia … karena mereka mampu membuat film MMM (sebut saja begitu) jadi agak lebih hidup. Tapi buat yang belum nonton, mending tunggu film ini masuk VCD dulu karena filmnya nggak sebanding ama effort kita untuk ngantri apalagi promosinya.

Biasanya untuk nonton film Indo, gw & misua cukup beli DVD-nya, tapi karena tempo hari kita cukup puas dengan Naga Bonar jadi 2, ya udah tancap gas lha untuk yang ini ech nggak taunya segitu doang...

Ceritanya setelah cukup terganggu dengan poster besar film MMM, akhirnya kita putuskan untuk nomat MMM di Kalibata Mall dengan entry ticket 10rb, hehehe lumayan biar kata campur nyamuk....

ALUR CERITA

Sebenarnya untuk ide cerita sich nilainya di atas lumayan. Banyak nilai-nilai yang bisa diambil, tapi gaya penceritaannya itu yang terlalu sederhana dengan properti yang dipaksakan, banyak adegan yang terkesan low budget untuk return profit yang diharapkan lebih tinggi .... contohnya saja adegan kematian dari sang Bapak ”cukup” digambarkan dengan bendera kuning, adegan Shanaz berbaju hitam menangis, terus didatangi oleh sahabat, Pacar, ibu, dan ’teman dekat’ ibunya yang semuanya berbaju hitam.

Ada hal yang aneh lain, ketika Shanaz mau pulang ke Jakarta, kok dilepas di Sawah? Kenapa nggak dilepas di stasiun? Nggak ngerti.

Yang ngeganjel banget adegan terakhir ketika sang ibu meluk anaknya yang pulang, suasana sendu itu terusak dengan ”pakaian seksi” ibu yang mau nggak mau terpampang dengan jelas di kamera.

KEHILANGAN NYAWA

Rudy sepertinya kehilangan nyawa dalam membesut film ini, padahal film dia yang laen yang juga miskin property ”mengejar matahari” bisa sebegitu bagusnya, kenapa yang ini nggak ya? Bahkan masih bagus AADC jauhh... apa pengaruh produser-nya yang cukup nge-pop dan lebih keseringan ngerjain sinetron daripada yang film ya ..... itu lah sebabnya dari kemaren rada-rada mikir juga waktu mau beli film ”mendadak dangdut” (BTW, judulnya kok dimulai dari M semua ya).

GOOD THINGS

Bagi yang kangen Jogja, bisa-lah jadi obat rindu, meskipun juga nggak menampilkan Jogja secara utuh. Untung permainan dari para aktornya cukup menghibur. Dwi Kuncoro mampu menampilkan ke-mas-mas-annya terlebih ketika dia berdandan rapi untuk first date-nya... aduuuhhhh Kamse Upay, pokoknya ! biar kata misua guwe Dwi K terlalu ganteng untuk jadi mas-mas malah katanya lebih pas Agus Kuncoro.

Dina Olivia aktingnya enak dilihat, meski dia terlalu manis untuk jadi pecun (*sorry*). Dengan muka semanis itu sebenarnya dia mampu jadi SPG.... atau jadi model ;p tapi dia bagus kok,

MUST SEE?

Mendingan bersabar aja nunggu VCD-nya dech.

SYNOPSIS (dari website-nya Cineplex 21)

Shanaz - 17 tahun, (Poppy Sovia) menjadi remaja pemberontak sejak ayahnya meninggal. Ketidakharmonisan dengan sang Ibu memuncak saat Ibunya akan menikah lagi. Ia memutuskan menyusul kekasihnya, Mika, ke Yogyakarta, namun Mika pergi mendaki gunung. Di tengah kegalauannya dan tanpa uang, Shanaz terdampar di sudut kota yang ternyata sarang lokalisasi kelas bawah Yogyakarta

Ningsih (Dina Olivia), seorang PSK bersimpati pada Shanaz dan tinggal bersamanya. Lama kelamaan Ningsih menjadi figur kakak dan ibu yang diimpikan. Shanaz. Shanaz juga berkenalan dengan Parno (Dwi Sasono), seorang pengamen campur sari dan mantan kekasih Ningsih

Ketulusan Parno ternyata meluluhkan hati Shanaz. Diam-diam ia menaruh hati pada Parno yang lebih tua 20 tahun darinya. Ternyata Ningsih masih menyimpan perasaan untuk Parno, begitupun sebaliknya. Saat Mika menjemput Shanaz untuk kembali ke Jakarta, justru Shanaz ragu

Keputusan apakah yang akan diambil oleh Shanaz?