Sunday, December 20, 2009

Sang Pemimpi vs New Moon

Jika berencana menonton film yang dibuat berdasarkan Novel - yang laris pula - siapkan kebesaran hati dan kerelaan yang luar biasa dimana film tak bisa merepresentasikan apa yang telah kita baca dan bayangkan atas peristiwa atau tokoh yang ada di buku.

Generasi 80an tentu masih ingat dengan Lupus, betapa aktor seganteng Ryan Hidayat tak mampu mewakili apa yang sudah ada di imagi para abg waktu itu... Atau bahkan Ferdi Nuril juga tak mampu membendung kekuatan khayal atas seorang Fachri, tokoh sentral Ayat Ayat Cinta ... Itu baru dari sisi pemeran, lainnya jalan cerita atau alur yang kerap diubah tidak sesuai dengan isi novel...

Pendek kata imaji pembaca novel diobrak abrik semau mau sang film maker yang tentu saja lebih memperhatikan kemasukakalan artistic, budget dan visual.

New moon

Jujur saja, alasan nonton film ini bukan karena udah baca novel-nya (IMHO, novel NM seperti pengulangan alur untuk Bella, so rada bosenin baca-nya ...honestly, gak gitu istimewa) ... Tapi hanya karena mau liat Robert Pattinson maen aja haha...

Sejujurnya...film NM cukup berhasil menerjemahkan novel NM - karena storyboard bahkan kalimat para pemain bener blek blek kalimat novel, akan tetapi karena sang Novel panjang alang kepalang film NM dipotong sana sini, akibatnya bagi yang sudah baca NM akan merasa bahwa filmnya diperpendek ... Sementara yang belum baca ... Berasa banyak kepingan yang nggak nyambung, misalnya saja dari mana Bella mendapatkan 2 motorcycles ? Belum lagi keterpukulan Bella karena kehilangan Edward lalu Jacob ... kurang begitu terlihat

... Alhasil.. Film NM nggak sukses-sukses amat (bukan dr sisi box office tentunya).

Euphoria film NM semata karena novel-nya yang best-seller, plus didukung sweetener-sweetener role players-nya. Tanpa bermaksud membela Rob Pattinson :-) kayaknya hanya dia yang berhasil merefleksikan perannya...













Sang Pemimpi

'Jangan takut untuk bermimpi, bermimpilah setinggi-tingginya, lalu arahkan langkah menuju mimpi itu, agar mimpi tak lagi cuma mimpi'

Kira-kira begitu mungkin esensi dari novel dan film SP.

Nah! Untuk tetralogi karya Andrea Hirata.. Justeru Novel SP agak bosenin ya ... Jadinya gak nyangka kalo film SP bisa dibuat seperti itu. Udah gitu banyak talent baru yang muncul dan sesuai dengan bayangan pembaca... Dalam hal ini bayangan gw-lah hehe...

Misalnya saja Arai sma atau Bang Zaitun sang seniman Melayu... Ya ampuuuunnn bener-bener pas dengan karakter-nya alias sesuai dengan bayangan... Meski Arai kuliah rada kehilangan nafas-nya ya (maaf ya Ariel...)...
After all, film SP lebih menarik ketimbang novelnya hehe... Jadi pengen nonton lagi ... Dan berharap Edensor dibuatkan filmnya juga... Tapi at least sebagus novel-nya bisa nggak yaaa????


courtessy Foto: Detik dan 21cineplex













No comments: